Landasan Filosofis Pendidikan

  1. Pengertian, jenis dan fungsi landasan filosofis pendidikan

Pengertian landasan filosofis pendidikanWahyudin (2001: 2.1) memberikan definisi landasan adalah tumpuan, dasar atau alas, dan pendidikan adalah kegaitan seseorang / kelompok orang atau lembaga dalam mencapai individu atau kelompok orang mencapai tujuan pendidikan.

Masyarakat kadang terombang-ambing diantara dua kecenderungan, disatu pihak ada yang mau mempertahankan nilai-nilai budaya lama, dipihak lain ingin mengadakan perubahan atau menciptakan hal-hal baru. Sepertinya terdapat pergolakan yang tak kunjung reda antara tradisi dan perubahan, yang tentu saja berimplikasi terhadap pendidikan. berdasarkan apa yang terjadi didalam masyarakat sebagai akibat dari pendidikan yang telah dilaksanakannya, dan berdasarkan pada pandangan filsafat tertentu, muncullah aliran-aliran filsafat sebagai reaksi terhadap konsep dan praktik pendidikan yang mendahuluinya, yang menawarkan solusi demi pemecahan masalah yang telah timbul.

Wahyudin, (2007: 4) menyebutkan ada 4 aliran filsafat dalam peranan pendidikan:

  1. Progresivisme
  2. Essensialisme
  3. Perenialisme
  4. Konstruktivisme

Sedangkan menurut Pidarta (2007: 90) menyebutkan ada 5 aliran filsafat pendidikan:

  1. Esensialis
  2. Perenialis
  3. Progresivis
  4. Rekonstruksionis
  5. Eksistensialis

Berdasarkan temuan penulis dari kedua sumber, maka penulis dapat menyimpulkan serta menjelaskan bahwasanya terdapat 4 (empat) aliran filsafat pendidikan yaitu;

  1. Essesnsialisme

Aliran ini berpandangan bahwa pendidikan adalah proses konservasi kebudayaan, pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan, sebab kebudayaan adalah esensi (penting) yang mampu mengemban hari ini dan masa depan umat manusia. Tujuan kebudayaan adalah menstranmisi kebudayaan, sebab itu sekolalah hendaknya berpusat pada masyarakat. Metode mengutamakan tradisional yang berhubungan dengan disiplin mental. Guru hendaknya sebagai mediator dunia masyarakat, mengambil inisiatif dalam proses pendidikan, sedangkan siswa berperan untuk menyesuaikan diri terhadap nilai-nilai yang absolute atau terhadap masyarakat dan alam. Belajar adalah menerima nilai-nilai sebagaimana diajarkan guru atau pendidik.

Contoh: Siswa di ajarkan hormat terhadap kekuasaan, ,ketabahan,, ketaatan  menjalankan kewajiban, tenggang rasa.

1. Perenialisme

Aliran ini berpandangan bahwa prinsip-prinsip pendidikan bersifat universal dan abadi, maka pendidikan sebagai jalan kembali kepada kebudayaan masa lampau yang dianggap sebagai kebudayaan ideal. Tujuan pendidikan adalah membantu siswa menginternalisasi nilai-nilai kebenaran yang abadi agar mencapai kebaikan dalam hidup. Kurikulum bersifat subject centered, uniform, universal dan abadi. Metode pendidikan dilakukan melalui membaca dan diskusi isi karya-karya besar beruapa the great books

Contohnya: Adanya berbagai sekolah keagaman di Indonesia, muhamadiyah, NU,sekolah katolik maupun Kristen dimna dalam pengajaran

2. Progresivisme

Aliran ini berpandangan bahwa pendidikan adalah transisi kebudayaan, pendidikan merupakan rekonstruksi pengalaman terus-menerus. Sekolah hendaknya merupakan miniature masyarakat yang sesungguhnya. Tujuan pendidikannya supaya siswa mampu memecahkan masalah baru dalam kehidupan pribadi maupun social yang terus berubah, karena itu kurikulumnya berbasis masyarakat, SCL. Metode mengutamakan problem solving, inquiry, dan discovery metode. Guru hendaknya sebagai fasilitator dan pembimbing siswa belajar sedang siswa berperan sebagai organisme yang memiliki kemampuan luar biasa untuk tumbuh

Contohnya:

Siswa didorong untuk berinteraksi dengan sesamanya untuk pemahaman social, Siswa di anjurkan untuk berinteraksi degan alam misalnya melalui kerja lapangan.

3. Eksistensialisme/ konstruktivisme

Aliran ini berpandangan bahwa pendidikan sama dengan pengajaran yang dimana pengajaran bukan memindahkan pengetahuan dari guru ke murid tapi kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya, dalam konteks ini mengajar adalah membantu seorang berfikir secara benar dengan membiarkannya berfikir sendiri. Tujuan pendidikannya lebih mengutamakan perkembangan konsep dan pengetahuan yang mendalam sebagai hasil konstruksi aktif siswa. Kurikulum bukan bahan yang sudah jadi melainkan permasalahan yang harus dipecahkan siswa. Metodenya mempertimbangkan  multimetod untuk dipilih karena siswa mempunyai caranya sendiri untuk mengerti. Peran guru sebagai mediator dan fasilitator, sedangkan peran siswa bertanggung jawab atas hasil belajarnya.

Contohnya:

Dalam mata pelajaran kesenian siswa di ajaran tentang kreatifitas dalam pembuatan dramadengan ide cerita nya sendiri maupun kreatifitas dalam instrument music

Upaya Mewujudkan Filsafat Pendidikan di Indonesia

Sampai sekarang belum ada yang mampu untuk merumuskan filsafat pendidikan di Negara kita, karena belum banyak yang tertarik untuk merumuskannya, kondisi ini tidak terlepas dari kesimpangsiuran pandangan para pendidik dan pendidikan itu sendiri seperti yang dikemukakan oleh pidarta (2007: 103) terkait dengan masalah filsafat pendidikan yaitu;

  1. Belum jelas pengertian pendidikan dan pengajaran
  2. Ilmu pendidikan kurang dikembangkan
  3. Ilmu pendidikan kurang fungsional untuk menyiapkan para calon guru
  4. Belum jelas apakah ilmu pendidikan merupakan ilmu dasar atau ilmu terapan
  5. Stuktur ilmu pendidikan kurang dikenal
  6. Belum jelas apakah guru mendidik dan mengajar atau hanya mengajar saja.

Usaha yang dapat dilakukan untuk merumuskan landasan filosofis pendidikan yaitu dengan menyesuaikan alam kebiasaan bangsa Indonesia saat ini, karena filsafat pendidikan akan lebih mudah mendapat jalan dalam pengembangannya manakala pemrakarsa dapat mengunggah hati pemerintah untuk menyetujuinya.disamping itu perlu untuuk menjabarkan sila-sila pancasila agar mudah diterapkan dalam lapangan

Implikasi konsep pendidikannya

Pidarta (2007: 106) merumuskan tentang implikasi konsep pendidikan terbatas pada penjabaran sila pancasila

Berikur penjabaran sila pancasila menurut wahtudin (2007: 2.11) yang mengungkapkan bahwasanya pancasila mengajarkan eksistensi manusia yang integral (satu kesatuan utuh) sebagai berikut:

1. Asas Ketuhanan yang maha esa

Manusia diyakini sebagai makhluk tuhan yang maha esa, mendapat pangilan tugas dariNya dan harus mempertanggung jawabkan segala amal pelaksanaannya teugasnya terhadap tuhana yang maha esa (aspek religious),

2. Asas Mono dualisme

Manusia adalah kesatuan badani-rohani, ia adalah pribadi/ individu  dan sekaligus insan social

3. Asas Mono Pluralisme

Manusia beragam, baik suku bangsa, budaya dan sebagainya, tetapi adalah satu kesatuan sebagai bangsa Indonesia (bhoneka tunggal ika)

4. Asas Nasionalisme

Manusia terikat oleh ruang dan waktu, maka ia mempunyai relasi dengan daerah, zaman dan sejarahnya yang di ungkapkan dengan sikapnya mencintai tanah air, nusa dan bangsa.

5. Asas internasionalisme

Manusia Indonesia tidak akan meniadakan eksistensi manusia lain baik sebagai pribadi, kelompok atau bangsa

6. Asas demokrasi

Untuk mencapai kesejahteraan bersama, kesamaan hak dan kewajiban menjadi dasar hubungan antara warga Negara  dan Negara

7. Asas keadilan social

Manusia harus senantiasa menjunjung tinggi tujuan kepentingan bersama dalam membagi hasil pembudayaanya.

(Indah Pratiwi, S.Pd-Yunita, S.Psi)

Tinggalkan komentar