Gejala Kesulitan Belajar

Anak-anak yang kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah belum tentu karena si anak bodoh. Bisa jadi memang si anak memiliki kesulitan belajar spesifik yang membuatnya tidak bisa belajar seperti anak normal. Setidaknya ada 6 tipe anak yang mengalami gangguan yang membuatnya susah belajar. Orangtua harus tanggap jika anak terus menerus tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolahnya. Anak yang memiliki kesulitan belajar spesifik biasanya dikenal dengan anak LD (Learning Differences). Anak-anak seperti ini memiliki cara atau gaya belajar yang berbeda dengan anak-anak lainnya.

Hal ini disebabkan anak LD memiliki disfungsi minimum otak (DMO), sehingga menyebabkan tercampuraduknya sinyal-sinyal yang diterima oleh indera dan otaknya. “Anak-anak ini tidak memiliki masalah dengan kecerdasannya, karena pada umumnya memiliki tingkat IQ yang normal atau di atas rata-rata. Hanya memiliki gaya belajar yang berbeda saja,” ujar Vitriani Sumarlis, MSi, Psi seorang psikolog. Kesulitan belajar spesifik ini mencakup kesulitan membaca (disleksia), kesulitan menulis (disgrafia), kesulitan berhitung (diskalkulia), kesulitan berbahasa (disfasia), sulit berkonsentrasi (ADD) dan hiperaktif (ADHD).

Anak dengan masalah kesulitan belajar biasanya memiliki beberapa gejala, yaitu:

1. Gangguan persepsi visual (penglihatan)

a Melihat huruf atau angka dengan posisi yang berbeda dari yang ditulis, sehingga anak-anak sering kali terbalik dalam menulisnya kembali.
b Sering ada huruf yang tertinggal dalam menulis.
c Menulis kata dengan urutan yang salah, misalnya ibu menjadi ubi.
d Sulit memahami antara kanan dan kiri.
e Sulit mengkoordinasikan antara mata dan tindakan, misalnya mata dengan tangan atau kaki
Baca lebih lanjut

Belajar Efektif

A. Belajar Efektif.

1. Pengertian Belajar Efektif.
Belajar efektif adalah cara belajar yang dapat meraih tujuan yang ingin dicapai dari belajar itu sendiri, sesuai dengan kompetensi dasar dari materi yang diajarkan. Misalnya, siswa dapat melakukan operasi perkalian dan mampu menjawab soal gurunya dengan baik dan benar.

2. Persiapan Belajar Efektif.
Agar belajar menjadi efektif ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan, yaitu:
1) Tumbuhkan motivasi untuk belajar, dengan pertanyaan berikut: “mengapa saya harus belajar, untuk apa saya belajar?.
2) Buatlah jadwal belajar yang rutin dan teratur, misalnya setiap hari ada 3 kali waktu untuk balajar (siang hari pkl 14.00 – 16.00, malam hari pkl 19.00 – 21.00, dini hari pkl 03.30 – 05.00 ).
Dalam menetapkan jadwal pelajaran, ada 2 hal yang harus dipertimbangkan yaitu:
Sesuaikan jenis pelajaran yang akan dipelajari dengan waktu belajar yang sudah ditetapkan, misalnya: waktu siang untuk mengulang, malam untuk pelajaran eksak Matematika/IPA, dini hari untuk hapalan.
Porsi belajar di sekolah dan di rumah harus seimbang, artinya jika pelajaran matematika di sekolah belajar 3 x seminggu, maka di rumah pun harus belajar 3 x seminggu.
Jika jadwal belajar sudah dibuat, maka hendaklah dipatuhi dan dilaksanakan. Belajar sedikit-sedikit tapi rutin masih lebih efektif daripada belajar banyak tetapi tidak rutin.
Lakukan prinsip : 6 x @ 2 jam seminggu = 2 jam + 2 jam + 2 jam + 2 jam + 2 jam + 2 jam
Hindarkan prinsip : 2 x @ 6 jam seminggu = 6 jam + 6 jam Baca lebih lanjut

Problema Kesulitan Belajar pada Anak

Pada saat ini, berbagai persoalan yang sering terjadi pada anak-anak usia sekolah sangatlah        beraneka ragam. Salah satunya adalah Kesulitan Belajar atau “Learning Disabilities (LD), LD dapat didefinisikan sebagai hambatan/gangguan belajar pada anak dan remaja yang ditandai oleh adanya kesenjangan yang signifikan antara taraf intelegensi dan kemampuan akademik yang seharusnya dicapai. Hal ini disebabkan oleh adanya gangguan di dalam sistem saraf pusat otak (gangguan neurobiologis) yang dapat menimbulkan gangguan perkembangan seperti gangguan perkembangan bicara, membaca, menulis, pemahaman, dan berhitung.

Dalam kurun waktu 2 tahun, saya menjadi pengajar di Sekolah Dasar Islam Bilingual An-Nissa Kota Semarang, banyak kiranya anak-anak didik disana mengalami problem tersebut. Padahal jikalau tidak ditangani dengan baik dan benar akan menimbulkan berbagai bentuk gangguan, mulai dari gangguan emosional (psikiatrik) yang akan berdampak buruk bagi perkembangan kualitas hidupnya di kemudian hari. Kepekaan orangtua, guru di sekolah serta orang-orang di sekitarnya sangat membantu dalam mendeteksinya, sehingga anak dapat memperoleh penanganan dari tenaga profesional sedini dan seoptimal mungkin, sebelum menjadi terlambat.

Kesulitan Belajar kadang-kadang tidak terdeteksi dan tidak dapat terlihat secara langsung. Setiap individu yang memiliki kesulitan belajar sangatlah unik. Seperti misalnya, seorang anak “dyslexia”, yang sulit membaca, menulis dan mengeja, tetapi sangat pandai dalam matematika. Pada umumnya, individu dengan kesulitan belajar memiliki intelegensi rata-rata bahkan diatas rata-rata. Seseorang terlihat “normal” dan tampak sangat cerdas tetapi sebaliknya ia mengalami hambatan dan menunjukkan tingkat kemampuan yang tidak semestinya dicapai dibandingkan dengan yang seusia dengannya. Walau demikian, individu dengan kesulitan belajar bisa sukses di sekolah, di dunia kerja, dalam hubungan antar-individu, dan di dalam masyarakat bila disertai dengan dukungan dan perhatian yang tepat.